Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalaman Melakukan Terapi Lintah

Dua hari pasca lebaran Idul Fitri, aku melakukan terapi lintah. Memang seminggu sebelum lebaran aku sakit demam dan disertai benjolan yang muncul di leher belakang telinga. Pengobatan pertama di dokter umum aku diberikan beberapa obat dan antibiotik. Hanya selang sehari setelah obat habis, demamku kembali muncul dan benjolan itu kembali lagi. Aku datang lagi ke dokter yang sama, kali ini diberikan 5 obat yang termasuk antibiotik yang paling bagus. Informasi yang aku terima aku terkena radang tenggorokan. Setelah menjalani pengobatan yang kedua alhamdulillah kondisi aku membaik. 

    Saat lebaran tiba, makanan yang aku konsumsi full daging dan santan, mulai dari opor ayam, bakso dan Soto. Aku hanya sanggup makan - makanan ini sampai sore hari, malam harinya udah terasa begah dan gak enak seluruh badan, yang membuat aku masak sup jagung untuk makan malam. 
Efek yang aku rasakan berlangsung sampai aku bangun tidur, badan aku terasa berat, rasanya pegal seluruh badan, intinya gak enak aja yang aku rasakan. Memang aku kurang suka makan ayam, daging-dagingan. Aku  setiap hari lebih suka makan ikan dengan sayur. Karena hal ini, aku dan kedua orang tuaku akhirnya memutuskan untuk pergi bekam awalnya.

    Sesampainya di tempat terapi, entah kenapa yang aku awalnya ingin bekam, ketika terapi dimulai, si terapi malah melakukan terapi lintah. Ingin protes tapi ya sudahlah. Karena aku juga belum mencoba terapi ini jadi gak masalah lah untuk mencobanya. Si terapis sih  bilang, bekam itu bagus karena sunnah, tetapi terapi lintah juga bagus.

    Jadi tahapannya, aku di beri pilihan untuk duduk atau berbaring tengkurap. Aku memilih tengkurap. Posisinya aku sudah menggunakan baju terapi yang bagian punggunya terbuka. Kemudian si terapis, mendiagnosa kondisi tubuh kita melalui punggung kita. Diagnosaku saat itu adalah, jantungku tidak cukup kuat memompa darah, sehingga pasokan darah terhambat. Di bagian tengkukku sedikit keras. Bagian punggung ada yang cekung ke dalam,pertanda aku agak sesak napas. Memang sesak napas ini sudah berapa bulan ku rasakan. Kemudian terapis berpindah ke bagian bawah dengan tulang ekor. Bagian itu nampak tebal kata terapis, bisa jadi ISK, masalah haid, tipes. Wuih dalam hatiku, aku memang punya histori tipes, ISK beberapa kali. Jadi aku hanya menjawab kalau aku punya histori tipes.

       Kemudian setelah tahap diagnosa, kemudian terapis menjelaskan beberapa titik yang akan dipasang lintah. Kebetulan aku dapat 4 lintah. 1 lintah dipasang di daerah tengah tengkuk, dua di pasang di tengah dan satu lintah dipasang di bagian bawah letatknya kira-kira 5 jari diatas pantat.
Jadi awalnya titik yang akan dipasang lintah, dilukai dengan alat bekam, mirip mirip alat itu, karena aku gak melihat. Setelah di beri titik perlukaan, lintah dipasang dititik tersebut, kemudian diberi tisu diantara tubuh si lintah dan tubuh kita. Tujuannya agak kita gak merasa geli karena tubuh licin si lintah.

        Sensasi yang didapat saat si lintah dipasang, itu terasa gigitan si lintah, rasanya cekit-cekit tapi ya gak sakit banget. Menurut si terapis, sakit saat si lintah menggigit itu hanya diawal saja, karena bersamaan dengan itu dia juga memasukkan zat seperti anestesi lokal dari si lintah itu sendiri untuk mengurangi rasa sakit. Kemudian juga melebarkan pembuluh darah dari tubuh yang digigitnya, dan zat anti pembekuan darah selama si lintah menghisap darah. Terapis juga memberi tahu jika ada rasa gatal selama si lintah menghisap, maka banyak racun diarea tersebut. Sesi hisap ini kemarin sekitar 30 menit. Beberapa kali aku menjerit kecil karena ada sensasi seperti kesetrum kecil, nyelekit nyelekit gitu rasanya, dan terasa gigi si lintah mengigit. 
        
        Beberapa menit setelah si lintah menghisap darah, aku merasa badan lebih enteng, mata yang tadinya sayu, mau buka kelopak mata aj susah, tetapi beberapa menit setelah itu mataku terbuka lebar. Kemudian buang angin berapa kali ketika sesi berlangsung. Perut aku yang awalanya sebelum terapi terasa kencang dan begah akibat makan makanan "berat", berangsung ringan.  Kaki yang awalnya terasa lemes dan terasa lelah, berasa ada tenaganya. 
Selesai terapi, si terapis mencabut lintahnya dan menunjukkan lintah yag udah berukuran gendut penuh dengan darah aku. Kemudian si lintah, dipencet dikeluarkan darah aku ke dalam botol isi cuka dan si lintah  dimasukkan ke dalam botol berisi cuka, agar cepat mati. Kata si terapis, metode membunuh lintah dengan cuka ini adalah metode paling cepat dan tidak menyiksa si lintah. Cuka yang digunakan pun berbeda.

        Perubahan yang langsung nampak adalah Bapak aku bilang wajah aku terlihat lebih segar. Dan aku juga merasakan perubahan yang berbeda, badan terasa lebih segar. Sampai keesokan harinya aku bangun, badan aku berasa makin segar, seperti ada tenaga. Aku mungkin akan mengulang terapi ini lagi, karena 1 kali terapi saja tidak cukup. Tetapi perubahannya benar-benar bikin aku senang hanya dalam 1 kali treatment.